Jika boleh mengajukan tanya:
apa agama yang paling tepat untuk nenek moyang kita bernama matematika? Rasanya
tak perlu berdebat untuk klaim akan agama yang cocok untuknya. Biarkan dia
memilih sesuai kehendaknya, atau mungkin ia akan berucap: agamaku adalah
jawaban terhadap kebodohan di dunia.
Ada
beberapa kecenderungan yang muncul dalam klaim terhadap keilmuan. Dulu, pada
1980-an, di Bandung muncul penerbit yang rutin menerjemahkan karya-karya
pemikir Islam. Nama penerbit itu Pustaka, memiliki keterkaitan dengan Masjid
Salman ITB.
Pada
suatu masa, kita berjumpa terjemahan karya Isma’il Raji al Faruqi, Islamisasi Pengetahuan (1984). Gagasan
diajukan sebagai upaya mencari relevansi Islam dalam kerinduan identitas
keilmuan. Di Indonesia gagasan tersebut syarat polemik.
Sanggahan
pernah dimunculkan oleh Kuntowijoyo melalui buku garapannya, Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika
(2006). Ia menginginkan pada penenkanan misi profetik. Islam perlu mamberi
tawaran alternatif paradigmatik dalam ilmu.
Kita
berpikiran matematika kemudian menghadap dengan khidmat buku garapan Ali
Abdullah Al-Daffa’. Buku tersebut pada awalnya terbit di Inggris di 1977.
Penerjemahan dilakukan oleh Amin Senin, berjudul Sumbangan Islam dalam Bidang Matematika pada 1992.
Buku
itu diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Buku mudah menjadikan kita memberi anggapan, keberadaannya sebagai misi lembaga
untuk warga Malaysia. Sebagai orang Indonesia, kita bersyukur dapat
mendarasnya.
Pada
prakata, kita mendapat penjelasan: “Ahli-ahli matematik Islam telah merekacipta
sistem perpuluhan aritmetik sekarang dan menyusun formula operasi-operasi asas
yang berkaitan dengan penambahan, penolakan, pendaraban, pembahagiaan, kuasa
berganda serta menjumpai punca kuasa dua dan punca kuasa tiga. Di samping itu
mereka juga memperkenalkan simbol sifar kepada kebudayaan Barat.”
Dalam
beberapa bagian, sebagai penutur bahasa Indonesia, kita akan sedikit mengalami
gejolak akan bahasa, melalui istilah maupun pilihan kata dalam uraian. Walakin,
buku tetap memberi janji bagaimana kehadirannya menyigi gagasan matematika yang
pernah dikemukakan dari kalangan ilmuwan Islam.[]
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).