#27 – Mencari Pengertian Matematika

 

Dalam banyak terminologi di buku-buku yang menyigi sejarah, kita tahu matematika termasuk keilmuan awal dalam peradaban manusia. Henry Margenau dan David Bergamini dalam bukunya Scientist (1964), yang dalam bahasa Indonesia pernah diteremahkan J. Drost berjudul Ilmuwan (1980), menyebutkan fase awal perkembangan matematika yakni pada 2.000 SM – 300 M.

Dengan menyadari bahwa sampai abad XXI keberadaan matematika tetap dihadirkan—setidaknya dalam kerangka pendidikan, nampak menarik untuk menelusur pengertiannya. Agaknya, kita paham, bahwa bisa jadi, seiring perkembangan zaman, matematika terus mengalami perubahan makna. Bahkan berpeluang memikul konotasi negatif.

Persoalan itu, mungkin bisa kita tanyakan pada Harvey Moeis, Helena Lim, dan kawan-kawannya yang terlibat dalam kasus korupsi timah. Bukankah demikian, perkara itu menandaskan keberadan angka sebesar 271 T. Yang pasti, kita tidak meragukan, bahwa nama-nama tadi pasti cakap dalam matematika.

Apakah matematika juga bisa menjadi penjahat? Ini pertanyaan menarik. Kita tentu paham, semua ilmu sebermula adalah netral. Perkara baik dan buruk adalah keterkaitannya pada aspek penggunaan. Maka, filsafat memberi petunjuk dengan penjelasan-penjelasan akan aspek keilmuan.

Mengerti itu, kita tertarik membuka bunga rampai yang disusun oleh Jujun S. Suria Sumantri berjudul Ilmu dalam Perspektif (1978). Buku memuat gagasan dari sekian nama. Di sana memuat esai “Matematika” garapan Morris Kline. Kline memberi definisi: “Di samping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika memberikan bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.” Pengertian itu, meski tidak baku, namun memberi petunjuk untuk lebih mendalam.

Sedangkan di sisi lain, dengan pelibatan aspek lain dalam agihan pendefinisian ilmu, buku tersebut tentu memberi cara dalam menjalin keterhubungan antara satu aspek dengan yang lain. Artinya, matematika tidak dapat berdiri sendiri. Lantas, bagaimana matematika yang terjadi pada kasus timah 271 T? Pertanyaan ini biar dijawab oleh Sandra Dewi. Ia berhak membuat definisi matematika di abad XXI.[]

 

*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak