Para pembaca Kompas agaknya
dalam beberapa bulan terakhir kangen terhadap tulisan-tulisan Iwan Pranoto.
Guru besar matematika Institut Teknologi Bandung itu terbaca untuk tulisan
terakhir di Kompas pada bulan Oktober dan Desember 2023.
Iwan
adalah pemberi harap bagi publik dalam mengerti isu-isu mutakhir berhubungan
dengan ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Ia sanggup menyajikan gagasan populer
dengan ragam tema. Matematika, sains kealaman, bahasa, hingga kebudayaan.
Para
pembaca tak ingin melewatkan untuk memiliki tatkala kumpulan tulisan di Kompas
dalam beberapa masa dijadikan menjadi sebuah buku. Buku berjudul Kasmaran Berilmu Pengetahuan,
diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Buku Kompas pada 2019.
Di
buku merekam jejak pemikiran Iwan. Kita disuguhi penjelasan matematika yang
tidak lazim didapatkan di jenjang pendidikan formal. Iwan makin pamrih saat
pada tahun 2020 bersama dengan Aditya F. Ihsan menerbitkan buku berjudul Berpikir Majemuk dalam Matematika.
Buku
yang juga diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas tersebut berupaya membongkar
permasalahan matematika dalam penuturan di pendidikan. Kita mengerti, ada pola
yang keliru acapkali terjadi dikarenakan kehadiran pihak pendidik. Matematika
mendapati situasi bahaya.
Penjelasan
diungkap pihak penulis: “Pada praktik pendidikan matematika di sekolah, guru
cenderung mengajarkan cara yang tunggal dan memberi kesan seakan-akan cara yang
berbeda dengan yang diajarkannya itu salah.” Keterangan lekas membuat kita
berpikir jauh.
Buku
itu mengajak kita dengan kritis memahami cuaca kultural yang terjadi dalam
kehidupan di Indonesia. Bahwa harus diakui corak keberagaman adalah masalah
serius dalam ruang publik. Narasi cerita tunggal yang mendominasi menjadi
penyebabnya. Iwan dan Aditya memberi tawaran akan keberadaan matematika dapat
menyeka masalah.
Dengan
demikian, penghargaan terhadap keberadaan matematika yang mengajarkan kesadaran
berpikir majemuk itu dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa. Hal itu membutuhkan
upaya terlebih dahulu untuk membongkar masalah dalam penuturan matematika. Dari
matematika, mereka menggerakkan keran diskursus di berbagai ruang dalam cakupan
kemajemukan di Indonesia.[]
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).