Para pembaca Kompas agaknya dalam beberapa bulan terakhir kangen terhadap tulisan-tulisan Iwan Pranoto. Guru besar matematika Institut Teknologi Bandung itu terbaca untuk tulisan terakhir di Kompas pada bulan Oktober dan Desember 2023.
Iwan adalah pemberi harap bagi publik dalam mengerti isu-isu mutakhir berhubungan dengan ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Ia sanggup menyajikan gagasan populer dengan ragam tema. Matematika, sains kealaman, bahasa, hingga kebudayaan.
Di dunia ini, konon kabarnya
ada dua hal yang menyebabkan kepemilikan dosa besar. Pertama adalah membiarkan
dengan begitu saja makhluk bernama “kebodohan” melenggang bebas dalam arus
kehidupan. Kedua, mengabaikan kehadiran buku-buku.
Nah,
untuk persoalan nomor dua itu rupanya berhubungan dengan kamus. Konon,
kamus-kamus mudah lusuh, tak terawat, dan bertumpuk tak karuan. Kamus mendekam
di tempat yang kotor dan levelnya mendekati sampah. Agaknya, dengan begitu kita
makin menjauhkan diri dari bahasa.
Bahasa
Indonesia yang penuh kemurungan, terus bergejolak dan menjadi sasaran dalam
percakapan. Kita perlu mengingat bahwa upaya pengembangan kamus menjadi
penting, hingga kemudian keberadaannya bergerak pada misi keilmuan. Di
matematika, kita diingatkan catatan demi catatan silam.
Pada tahun
1988, Penerbit Institut Teknologi Bandung menerbitkan bunga rampai berjudul Ilmuwan dan Bahasa Indonesia. Buku
disunting oleh Adjat Sakri guna menyambut 60 Tahun Sumpah Pemuda. Di dalamnya
memuat sekian tulisan dari nama-nama penting cendekiawan Indonesia.
Di
sana terdapat esai garapan R. K. Sembiring berjudul “Pengalaman Bermatematika
dalam Bahasa Indonesia”. Ia berbagi pengalaman dan berkeluh kesah. Ungkapnya: “Menurut
pengalaman saya, kesulitan besar yang dihadapi matematikawan dalam menggunakan
bahasa Indonesia sebagai media komunikasi terletak pada peristilahan.”
Masa
berlalu, pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, Balai Pustaka menerbitkan sekian
kamus bidang keilmuan. Salah satunya Kamus
Matematika (1999) dengan penyusun akhir: Djati Kerami dan Cormentyna
Sitanggang. Nama demi nama pakar disebut dalam pengantar sebagai pihak terlibat
penggarapan.
Pada prakata
penyusun, kita mendapat keterangan: “Sebagai hasil program pengembangan istilah
ilmu dasar—yang meliputi fisika, kimia, biologi, dan matematika—yang mulai
digarap sejak 1978 hingga kini Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah
menerbitkan serangkaian kamus peristilahan matematika.”
Penjelasan
menjadikan kita menganggap penting, bahwa istilah demi istilah dalam
perkembangan matematika patut dimaknai dalam bahasa Indonesia. Arkian,
matematika membutuhkan kehadiran kamus. Kamus berharap diperhatikan seiring
perkembangan zaman.[]
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).