Matematika
tidak boleh menapaki masa kehancuran. Sebab, menjadi penopang penting dalam
jalannya peradaban. Andai saja beberapa orang dari negara yang berbeda bertemu
dalam seuatu tempat—ketimbang mengobrolkan sejarah Majapahit, mungkin mereka
lebih mudah membicarakan matematika.
Matematika
terus digunakan pada perkembangan ilmu-ilmu. Teringat dulu saat kuliah ilmu
fisika. Semester demi semester berlalu para mahasiswa mengenal mata kuliah
bernama Fisika Matematika. Ada pula yang menyebutnya Matematika Fisika.
Mata
kuliah itu lazimnya terdiri dari tiga tingkatan. Konon di beberapa tingkatan, banyak
mahasiswa di sekian pergururan tinggi sering tidak lulus. Mereka harus
mengulang. Terkadang untuk lulus, tak cukup mengulang satu kali.
Gegara
mengulang sampai tiga kali untuk Fisika Matematika II, itulah yang menjadikan
diriku selalu ingat salah satu dosen semasa kuliah. Namanya Bu Yofentina
Iriani. Ia senantiasa membuat sihir matematika fisika agar diperhatikan penuh,
sembari menyemangati “komplotan” mahasiswa telat cerdas, yang selalu mengulang
mata kuliah itu.
Kita kemudian
diingatkan pentingnya matematika dalam sains lewat buku Pengayaan Pengetahuan Ensiklopedia Matematika Terapan Matematika dalam
Sains terbitan Cempaka Putih, Klaten pada 2009. Buku itu hasil terjemahan
Didik Hari Pambudi dari Math in Science
(2007) garapan Barbara Lynch.
Pada
prakata, kita tertarik akan pengertian sains yang dituliskan. Konon, sains
kerap dipahami sebatas sebagai ilmu alam. Keterangan tersebut berupa: “Sains
adalah kumpulan pengetahuan tertata rapi yang telah diperoleh manusia melalui
penelitian atau percobaan. Sains alam adalah studi tentang fenomena alam
seperti Astronomi, Fisika, Kimia, Geologi, dan Sains Lingkungan. Sains Sosial
adalah studi tentang perilaku manusia dan masyarakat seperti Psikologi dan
Sosiologi.”
Halaman
demi halaman buku memuat uraian matematika dalam peristiwa-peristiwa di sains. Buku
membuat terpukau. Stempel resmi Departemen Pendidikan Nasional mengesahkan buku
tertuju pada bocah sekolah. Di tahun buku itu terbit, diriku sedang berada di
kelas IX dan seingatku tak pernah berjumpa buku itu. Mungkin itu yang
menjadikan diriku kelabakan urusan matematika.[]
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).