Pemuda/i
yang berkuliah di jurusan matematika, fisika, kimia, biologi, dan statistika pada
semester awal biasanya tidak langsung mendapat mata kuliah yang merujuk pada
keilmuan inti. Mereka perlu melalui tahapan mata kuliah dengan sebutan dasar
maupun pengantar.
Mereka
yang berkuliah itu kadang kaget dan merasa ada perbedaan dari semasa sekolah
menengah. Untuk menyadari kesilapannya, mereka mudah mengingat ucapan yang
keluar dari mulut Presiden BEM ketika masa orientasi: “Adik-adik, kalian itu
mahasiswa, bukan siswa lagi”.
“Dasar”
mengingatkan kita pada buku berjudul Kamus
Matematika Dasar. Buku itu garapan Peter Patilla. Kita ragu menduga penulis
itu kelahiran Wonogiri ataupun Boyolali. Apalagi buku tersebut pertama kali diterbitkan
Oxford University Press pada 2003.
Rupanya,
buku itu hasil terjemahan Andri Setyawan dan Didik Hari Pambudi. Buku dalam
bahasa Indonesia diterbitkan pertama kali oleh Pakar Raya pada tahun 2007.
Tahun demi tahun buku senantiasa dicetak ulang. Kita mengerti, yang dasar itu
penting dan dibutuhkan.
Maksud
buku agaknya disampaikan dalam bagian pendahuluan. Keterangan ditulis: “Kamus
Matematika Dasar memuat lebih dari 600 kata dalam urutan abjad, masing-masing
dengan arti yang mudah dipahami. Ini merupakan cara yang sangat bagus untuk
mengenalkan dan mengembangkan kosakata matematika kepada anak-anak.”
Keterangan
seakan menimbulkan prasangka. Konon, yang dasar, di Indonesia itu perlu
mendatangkan dari luar. Kebingungan melanda pada banyak keilmuan, tak
terkecuali matematika. Kerepotan produksi teks menjadi masalah penting bagi
institusi pendidikan, kalangan guru, orang tua, dan bocah sekolah.
Buku mengesankan mewah, dengan keterangan-keterangan mengenai matematika yang dilengkapi gambar berwarna. Matematika disajikan tidak berhenti pada pemahaman yang ada di sekolah-sekolah, yang terkadang dimaknai secara sempit. Pemerolehan kata demi kata dalam masa-masa bersekolah hanya sedikit.
Pada abad XXI, kita masih menghadapi kesan disergap akan matematika. Keberadaannya kadang hanya bertumpu pada buku teks pelajaran. Belum bergerak pada kehadiran referensi lain, seperti kehadiran kamus.[]
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).