#17 – Guru dan Buku

 

Puan dan Tuan, apakah Anda membaca Harian Kompas edisi 28 Maret 2024? Di halaman lima, terdapat liputan “Kurikulum Nasional Resmi Ditetapkan”. Kabar ini mungkin belum tentu mengejutkan, namun bila kita menengok kembali perjalanan dari “Kurikulum Merdeka” menemui titik temu landasan hukum berupa Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024.

Berita memicu keingintahuan kita mengenai pendidikan. Konon sederet polemik dan masalah membayangi keberjalanan Kurikulum Merdeka. Kita menyadari diri saja, urusan kurikulum terlalu luas. Kita terpikir menyigi bagian-bagian kecil di dalamnya.

Satu hal mendasar adalah urusan buku teks pelajaran. Fakta terpenting, sebelum peresmian tersebut, Pusat Perbukuan Badan Standar, Kurikulum Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek mengeluarkan “edisi revisi” buku pelajaran untuk beberapa jenjang sekolah.

Bagi jejaring industri perbukuan, tentu ini menjadi persoalan serius. Para guru dan pihak sekolah tentu terpicu “edisi revisi”. Mereka belum tentu mau mendatangkan buku dari penerbit-penerbit yang masih mengacu pada edisi sebelum revisi.

“Revisi” dalam buku-buku di jenjang pendidikan itu gejolak, tak sama seperti mahasiswa diminta melakukan revisi mengenai tugas akhirnya. Meski terkadang “revisi” itu hanya cap dalam sampul, nyatanya status itu berpengaruh dalam relasi politik dan bisnis.

Sejak dulu guru erat berhubungan dengan buku-buku sekolah. Konon, para guru lebih memilih buku teks pelajaran maupun lembar kerja siswa yang berukuran tipis dan berharga murah untuk murid-muridnya. Guru-guru juga menghendaki buku-buku tersebut disediakan buku pedoman guru.

Kita menyimak buku Pedoman Guru garapan R. Soewondo (1952) yang ditujukan untuk Sekolah Guru B dan Guru-guru Sekolah Rakjat. Keterangan menegaskan, sejak dulu, para guru butuh buku pedoman. Guru kadang tak ingin repot menyiapkan Rancangan Pelaksanan Pembelajaran.

Di buku salah satunya memuat persoalan matematika. Penjelasan menyiratkan materi-materi tersaji di sana sebagai bacaan para guru dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Pedoman guru pada mulanya sebagai upaya pemerataan akan ketimpangan jumlah guru di daerah-daerah.[] 

 

*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak