#16 – Matematika Kepasrahan

 

Bunda, apakah dikau pernah mengalami keresahan saat anak kesayangan bermasalah akan matematika? Janganlah bersedih hati, sebab matematika mewarisi persoalan itu dialami oleh banyak orang. Maka kemudian, yang dibutuhkan adalah bagaimana menyikapi masalah tersebut.

Bun, perlu Anda pahami dengan saksama—bahwa matematika bersama kawan karibnya, keilmuan berbasis eksakta banyak diklaim sebagai penentu kecerdasan dan kesuksesan. Mereka yang cerdas matematika dan kawan-kawannya menjadi posisi menarik dalam relasi sosial mayarakat.

Memang begitulah cara pandang sekilas. Konon pendidikan kita hanya menjadikan satu kerangka paradigma dalam keberjalanannya. Pendidikan kita hanya memfokuskan untuk mempersiapkan orang sukses. Yang absen dalam pendidikan kita adalah melatih diri bagaimana jika akhirnya menemui kegagalan.

Omong-omong terkait itu, agaknya penting bagi kita menyimak buku garapan Mariene R. Tanudjaja. Buku berjudul Aku Cerdas Karena Tidak Bisa Matematika. Buku diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2011 silam.

Buku itu berisi curahan hati. Penulis berbagi kisah banyak hal dalam kehidupan yang dilalui. Ia berupaya untuk menelisik bagaimana konsep kecerdasan dengan tubrukan persepsi yang diakui oleh dominan masyarakat.

Ia tak mengutuk matematika, namun ingin lebih mendalam bagaimana kesadaran terhadap matematika itu membutuhkan jejaring peran antarpihak. Dimulai orang tua, guru, dan lingkungan masyarakat. Tulisnya: “…jangan pernah sekali pun mengeluh mengenai kelemahan dan kekurangan sang anak di depan mereka. Anak akan merasa aman jika Anda dapat menerima keadaan mereka apa adanya dan memberikan motivasi khusus bahwa mereka sebenarnya mampu dan terus mendampingi mereka dalam setiap perkembangannya.”

Bun, Anda kemudian akan tahu bahwa perkembangan kecerdasan seiring perubahan zaman tidak merujuk pada spesifikasi keilmuan tertentu. Justru hari-hari terakhir yang dibutuhkan adalah memanfaatkan dengan penuh masa belajar dalam kesempatan pengembangan potensi. Kita makin tahu, bahwa yang dibutuhkan dan ditanamkan sejak dini terhadap anak-anak itu bukanlah kompetisi, namun bagaimana menciptakan suasana yang mendukung hadirnya kerja sama antara satu dengan lainnya.[] 

 

*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak