Dunia ilmu dan pengetahuan dapat bertahan dan berkembang salah satunya berkat satu hal, yakni tulisan. Tanpa adanya tulisan, kita sulit untuk mengerti sejarah dan perkembangan dari ilmu dan pengetahuan itu. Sedangkan kita tahu, penyebaran tulisan membutuhkan kepakaran. Segenap profesi yang berhubungan dengan persebaran tulisan membutuhkan otoritas keilmuan. Artinya, untuk memiliki kecakapan tersebut menyaratkan jenjang pendidikan, setidak-tidaknya pendidikan tinggi.
Para sarjana jebolan pendidikan tinggi itu kemudian memiliki tanggung jawab mengenai keilmuan. Bagaimana ilmu dan pengetahuan perlu disebarkan dan dikabarkan kepada publik, yang notabene tak semua pernah menyenyam pendidikan tinggi. Oleh sebab itulah dibutuhkan kemampuan dalam mengomunikasikan ilmu dan pengetahuan agar maksud yang hendak disampaikan dapat diterima oleh khalayak umum.
Tulisan macam itulah yang kalau kita mendasarkan pada buku garapan Slamet Soeseno sebagai tulisan ilmiah populer. Secara mendalam, perihal tersebut dijelaskan olehnya di buku berjudul Teknik Penulisan Ilmiah Populer. Buku itu diterbitkan pertama kali pada tahun 1980 oleh Gramedia. Slamet Soeseno adalah nama penting dalam sejarah intelektual Indonesia. Namun, nama itu sulit untuk kita telusuri dalam era internet. Ia nampak dilupakan akan biografi intelektualnya.
Penjelasan mengenainya pernah dituliskan oleh Rektor Institut Pertanian Bogor 1978-1987, Andi Hakim Nasoetion. Di bunga rampai berjudul Pola Induksi Seorang Eksperimentalis (2002) yang memuat kumpulan tulisan Andi Hakim, terdapat sebuah tulisan berjudul “Kecil Teranja-anja, Besar Terbawa-bawa”. Tulisan tersebut tiada lain sebagi obituari kepada Slamet Soeseno yang meninggal pada tanggal 22 Januari 2001.
Andi Hakim memberi penjelasan bahwa Slamet Soeseno adalah kakak kelas semasa sekolah di SPMA Bogor. Bakat menulisnya sudah terlatih sejak sekolah. Andi memberi kesaksian dalam penjelasan berupa: “Di SPMA ia adalah pemimpin redaksi majalah siswa yang bernama Dewi Sri yang saya gantikan sewaktu ia naik ke kelas 3. Ceritanya di majalah itu selalu memancing senyum pembacanya.”
Slamet Soeseno sejak sekolah mendapati pengalaman intim terhadap buku-buku. Ia, selain kemudian menjadi seorang ahli biologi air di perairan tawar, juga menjadi penulis di sekian nama majalah. Mulai dari Majalah Pengantar Pengetahuan, Majalah Intisari, hingga Majalah Trubus. Isu yang ia bawa seputaran puspa dan satwa yang dikemas secara populer. Kita boleh menyebut, buku Teknik Penulisan Ilmiah Populer adalah salah satu persembahan penting selama hidupnya.
Betapa pun jika menelisik sejarah pada tahun 1980-an, kendati telah banyak majalah yang memberikan sajian tulisan ilmiah populer, harus diakui porsinya sedikit. Katakanlah dibanding dengan muatan sosial dan politik. Oleh sebab itu, untuk mengabarkan kepada khalayak membutuhkan cara penuturan yang tepat agar mudah dimengerti. Slamet memberi penekanan pada kata populer melalui penjelasan: “Istilah populer digunakan untuk menyatakan sesuatu yang akrab menyenangkan bagi populus (rakyat). Atau disukai orang kebanyakan, karena menarik dan mudah dipahami” (hlm. 4).
Halaman demi halaman yang disajikan oleh Slamet Soeseno dalam buku merupakan bagian yang saling menyambung antara satu dengan lainnya. Namun, agaknya satu hal mendasar yang ia tekankan adalah kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa keilmuan dalam menuturkan pengetahuan ilmiah. Jelasnya: “Kepopuleran memang menghendaki istilah yang dikenal secara umum dan berlaku di kalangan masyarakat awam. Tetapi ini tidak berarti, bahwa kita kemudian boleh sembarangan saja menggunakan istilah yang tidak tepat” (hlm. 5).
Dengan bergerak ke beberapa tahun silam, kita diingatkan pada Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Sosok yang getol menggerakkan bahasa Indonesia dan keilmuan tersebut, di majalah yang dipimpinnya, Majalah Pembina Bahasa Indonesia edisi Desember Tahun 1950, menulis esai berjudul “Tentang Bahasa dan Perguruan Tinggi Indonesia”. Bahasa Indonesia perlu terus dikembangkan dalam konteks perkembangan ilmu dan pengetahuan. STA memberi penegasan, “Dan teristimewa kehidupan ilmu di negeri ini tidak akan mungkin selama bahasa Indonesia belum baik.”
Slamet Soeseno menyajikan gagasannya dengan mendasarkan pada kiat-kiat secara teoretis dan dilengkapi dengan contoh penulisan. Upaya tersebut seperti ia sedang bertutur dan bercerita kapada para pembaca. Di bagian awal, ia mengajak pembaca untuk memahami perbedaan struktur tulisan antara ilmiah dan ilmiah populer. Tulisan ilmiah memiliki struktur yang baku dan mengikat, sementara tulisan ilmiah populer kendati tetap ada strukturnya, ditegaskan oleh Slamet Soeseno mendasarkan pada pemetaan media massa. Ini tak lepas bahwa media, khususnya majalah maupun surat kabar membentuk karakter masing-masing pembaca. Hal tersebut juga menegaskan keberadaan masing-masing media masa punya corak tersendiri.
Dengan menyebutkan beberapa nama majalah dan koran pada masanya, Slamet Soeseno membuat tiga tipologi bacaan ilmiah populer. Masing-masing berupa: (1) Bentuk bacaan deskriptif yang membeberkan sesuatu pengetahuan sebagai kumpulan fakta begitu saja, dengan meningkatkan pengetahuan umum para pembaca, (2) Bentuk deskriptif, tetapi selalu disertai penjelasan tentang jalannya proses pembentukan, riwayat penemuan, atau sejarah terjadinya hal, penjelasan mengapa (sampai begitu), dan bagaimana (duduknya perkara), dan (3) Bentuk deskriptif, disertai proses terjadinya, berikut alasan mengapa bisa terjadi, dan bagaimana duduknya perkara, ditambah dengan masalah yang berkaitan dengannya, berikut bagaimana jalan keluar atau cara pemecahan masalah itu.
Dalam teknisnya, para pembaca akan terbantu untuk melakukan praktik kepenulisan ilmiah populer. Hal tersebut tidak lain Slamet Soeseno menghadirkan tahapan kepada para pembaca untuk menghasilkan struktur tulisan yang sempurna. Mulai bagaimana menentukan tema tulisan, strategi membuka sebuah tulisan, membuat isi tulisan yang dinamis, hingga cara-cara di dalam menutup sebuah tulisan. Yang pasti, tahap demi tahap yang diuraikan tersebut berpangkal pada kemauan untuk terus bersandar pada kepustakaan yang menyokong bangunan sebuah tulisan.
Buku garapan Slamet Soeseno yang diterbitkan Gramedia ini agaknya menjadi buku penting dan bersejarah. Sebab, jika dikontekstualisasikan pada era mutakhir, keperluan menyajikan tulisan ilmiah populer di dalam media massa makin perlu sebagai bagian demokratisasi pengetahuan. Terlebih dengan cepatnya arus persebaran informasi yang terkadang melahirkan gejala simpang siur informasi. Kemamuan pihak-pihak untuk sudi mempublikasikan tulisan ilmiah populer sebagai upaya untuk mendialogkan ilmu dan pengetahuan, membangun kesadaran dalam menguji kebenaran informasi, dan memupuk kemauan untuk terus sadar terhadap ilmu dan pengetahuan.[]
Identitas Buku
Judul : Teknik Penulisan Ilmiah Populer
Penulis : Slamet Soeseno
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 14 cm x 21 cm; viii + 146 Halaman
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, 1980
ISBN : -
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir dan Budayawan.
Menulis Buku Sekadar Mengamati: Tentang
Anak, Bacaan, dan Keilmuan (2022) dan Bersandar
pada Sains (2022).