Konon
Orde Baru mengukir prestasi salah satunya dengan menyusun ratusan akronim dalam
berbagai bidang. Akronim itu yang mengikat, mudah diingat, dan bertalian erat
dalam kehidupan masyarakat. Dalam agihan misi keilmuan dan religiositas, Orde
Baru punya slogan khusus: IPTEK dan IMTAQ.
IPTEK
itu ilmu pengetahuan dan teknologi. IMTAQ itu iman dan taqwa. Kendati terdapat
kesilapan, namun akronim tersebut terus awet dan selalu digunakan. Kita tak
perlu berpikiran mengenai bahasa. Kita justru teringat buku-buku yang terbit
pada masa Orde Baru.
Banyak
yang bilang, keluarga-keluarga kelas menengah mudah menghadirkan ilmu di ruang
keluarga. Mereka berbelanja buku, berlangganan majalah, dan membeli surat kabar
untuk dihadirkan dalam rumah. Penghadiran menjadi babak kemunculan percakapan.
Percakapan itu yang membentuk sebuah kebudayaan.
Pada
Orde Baru, kita ingat sebuah penerbit bernama Tira Pustaka Jakarta. Masyarakat
Indonesia dibuat kagum, kendati berseloroh persoalan harga. Penerbit itu
menjalankan misi penerjemahan buku-buku memuat keilmuan. Mereka pamrih menyusun
seri demi seri. Seri memberi bukti bahwa perkembangan ilmu makin kompleks.
Cabang demi cabang bermunculan.
Salah
satu seri penting bernama Pustaka Ilmu Life. Seri tersebut terdiri dari puluhan
buku. Buku menghubungkan para ilmuwan, penerjemah, akademisi, dan
lembaga-lembaga. Keterkaitan antara satu pihak dengan pihak lainnya memegang
kunci: dorongan untuk menghadirkan bacaan di keluarga terus penting.
Di
seri tersebut, kita menjumpai satu judul buku, Matematika. Buku garapan David Bergamini (1963). Dalam seri bahasa
Indonesia diterjemahkan oleh Abdurrauf Rambe (IPB), J. Drost (IKIP Sanata
Dharma), B. Susanto (UGM), Bana Kartasasmita (ITB), dan Riya Mursanto. Buku
terbit pertama kali pada tahun 1981.
Halaman demi halaman mengajak para pembaca menyigi dengan betul akan sejarah dan perkembangan matematika. Matematika merujuk pada nama tempat dengan peradaban yang dimilikinya. Kita dibuat bahagia dalam matematika dengan sajian tulisan yang populer. Bersamaan dengan itu, tentu menyiratkan pula bahwa matematika menjadi bekal penting dalam menjalani kehidupan.[]
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Bersandar pada Sains (2022).