Kehidupan
di perguruan tinggi acapkali tak mengajarkan sikap menghargai dan menghormati
buku, lebih-lebih membacanya dengan penuh gairah. Mahasiswa terus berjubel
memenuhi kuota kursi di tiap kampus terombang-ambing dalam siklus budaya
akademis yang bermasalah. Konon, alih-alih mengajak ratusan hingga ribuan
mahasiswa kampus kemudian dengan membangun perpustakaan yang megah dan kerap
akan disampaikan pejabat kampus dalam pidato-pidatonya.
Sekian
tahun menyelinap dalam haribaan kampus, penulis berkesempatan studi di jurusan
fisika. Penulis teringat bahwa sejak semester awal tak diajari oleh kampus
menjalin dengan buku. Buku-buku teks ajar tergunakan hampir di semua kalangan
mahasiswa dengan cara memfotokopinya. Tindakan itu menjadi hal yang lumrah
apalagi di bawah ucapan dosen maupun pengajar terkait.
Buku
ajar dalam mengisi hari-hari di ruang kelas tak menjadi prioritas bagi sebagian
banyak mahasiswa dengan memiliki versi aslinya. Konon, alih-alih buku asli berharga
mahal, terkadang fotokopi saja tak terlakukan. Mereka, para mahasiswa telah
memperoleh buku versi digital dari dosen-dosennya. Buku ajar sebagai panduan
belajar fisika rata-rata memang berharga mahal. Di kisaran Rp 100.000,- hingga
Rp 300.000,- untuk tiap jilid.
Buku
belum atau bahkan tak akan terhormati dengan penuh. Tak perlu
berpanjang-panjang dalam mengungkit-ungkit permasalahan, kita tergerak untuk
membaca jenis dan karakteristik buku ajar yang digunakan untuk jutaan mahasiswa
fisika di Indonesia. Namun, perlu dipahami bisa jadi dalam perubahan dan
perkembangan zaman, antara satu kampus dengan lainnya memunculkan perbedaan.
Ini lumrah terjadi.
Kita
justru ingin memberikan buku penting bagi jutaan mahasiswa fisika se-Indonesia.
Buku dengan judul Fisika untuk
Universitas garapan Francis Weston Sears dan Mark W. Zemansky. Keduanya
dari segi nama mustahil kalau orang Indonesia. Kenyataannya memang begitu.
Masing-masing adalah Profesor Emeritus dari dua kampus di Amerika Serikat,
Dartmouth College dan The City College of the City of New York.
Buku
mereka terbaca bagi para pelajar Indonesia. Para pelajar tak perlu pamrih
ketika kemudian harus berhadapan dengan bahasa teks asli, sebab buku
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pekerjaan-pekerjaan seperti pengadaan
buku dan penerjemahan ke bahasa Indonesia menjadi penting apalagi urusan sains
dan teknologi. Agar tak ketinggalan, bahasa Indonesia perlu beradaptasi dan
menyesuaikan dengan harapan besar sudi menjadi bahasa ilmu pengetahuan.
Buku
terdiri dari tiga jilid dengan didasarkan pada pemisahan materi bahasan
berkaitan dengan ilmu fisika. Jilid pertama memuat materi: mekanika, panas, dan
bunyi diterjemahkan oleh Ir. Soedarjana dan Drs. Amir Achmad. Sementara itu,
jilid kedua memuat materi: listrik dan magnet dengan penerjemah Ir. Nabris
Chatib. Dua jilid dapat di toko buku bekas dengan murah. Jilid ketiga yang
membahas optika dan fisika atom sayangnya belum termiliki.
Kita
tergugah dan penasaran akan dua jilid buku yang diterbitkan pertama kali
masing-masing September dan Oktober 1962. Buku terbuka dengan sebuah paragraf
yang tertanggal 16 Mei 1962 sebagai pengisahan buku diterbitkan atas kerjasama
Yayasan Dana Buku Indonesia. Paragraf terbaca: “Terjemahan sah dari University Physics oleh Francis Weston
Sears dan Mark W. Zemansky. Diterbitkan oleh Addison-Wesley Publishing Company,
Inc., Reading, Massachusetts.”
Buku dalam edisi bahasa Indonesia diterbitkan oleh Penerbit Bina Cipta, Jakarta. Kegiatan penerbitan melibatkan sederet nama akademisi dari beberapa kampus di Indonesia. Kita tak akan hanya sebatas menengok sekelebat kata pengantar susunan pihak penerbit. Penjelasan demi penjelasan tersampaikan, baik itu maksud, tujuan, hingga visi menghadirkan karya orang Amerika yang mulaya hanya satu buku kemudian di Indonesia sengaja dipecah menjadi tiga jilid.
Sebuah paragraf di pengantar untuk jilid pertama terbaca: “Adalah membesarkan hati bahwa banyak sudah istilah-istilah ilmu alam yang telah mempunyai ekuivalennya dalam bahasa Indonesia. Banyak pula istilah yang universal yang juga diterima dalam peristilahan Indonesia dengan meng-Indonesia-kan ejaannya. Tapi di samping istilah yang telah banyak kita miliki ini, banyak pula masih yang belum ada terjemahannya yang pasti dan diakui. Dalam hal ini, dengan berpedoman pada kamus dan daftar istilah yang ada dan yang pula dipergunakan dalamkuliah oleh dosen dalam mata pelajaran ilmu alam, penerjemah memilih terjemahan istilah yang sebaik-baiknya, sekedar sebagai saran dan sumbangan untuk melengkapi peristilahan kita dalam ilmu alam.”
Penjelasan
panjang menyinggung kamus dan daftar istilah. Kelak, kita akan menemui
pembabakan dalam kepentingan ilmu-ilmu alam di Indonesia, dua hal itu menjadi
penting dan merupakan pekerjaan bai negara baik itu lewat kementerian
pendidikan dan secara eksplisit pada hadirnya komisi istilah untuk terus
mengupayakan bahasa Indonesia terlibat penuh dalam memberikan penjelasn maupun
makna terhadap istilah yang ada di ilmu alam.
Sebelum
ke sana, kita malah menemukan sebuah buku tipis berjudul Daftar Buku 1967 dengan keterangan: Penerbitan Buku2 dengan
Kerdjasama Jajasan Dana Buku Indonesia (Franklin Book Programs, Inc.). Buku disusun salah satunya memperingati dua
belas tahun yayasan. Di bagian prakata tertulis: “Maksud kami dengan
mentjantumkan semua djudul jang meliputi 184 buah, jang penerbitannja
diselenggarakan oleh para Penerbit Nasional Indonesia dengan bekerdja-sama
Jajasan, ialah untuk menggambarkan djumlah djudul jang telah kami ikut usahakan
penerbitannja selama ini.”
Di
halaman delapan bagian Fisika/Kimia/I. Pasti, nama Francis Weston Sears dan
Mark W. Zemansky tersebutkan dengan dua jilid awal buku garapan mereka yang
telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kita makin yakin dengan masih
digunakannya buku-buku mereka di berbagai kampus maupun referensi penulisan
buku fisika, mereka penting bagi Indonesia. Merekalah penentu jutaan mahasiswa
fisika di negara kita. Kita tak perlu menyinggung usaha pengindonesiaan ilmu
alam namun tetap bergantung bantuan (asing) dan kemudian lantang teriak anti
asing.[]
*Joko Priyono. Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Sains, Kemajuan, dan Kemanusiaan.