Jawa itu bersejarah dan penting.
Saking pentingnya, orang-orang terus perlu memahami. Tak terkecuali di sana
adalah murid-murid yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Rakjat. Mereka
dipancing untuk mempelajari, menjelajah, dan memahami seluk beluk keberadaan
Jawa. Tulisan demi tulisan terhadirkan dalam buku-buku penunjang di sekolah.
Masa lalu, kita perlu memberikan afirmasi buku itu menjadi sarana pokok dalam
mempelajari suatu hal.
Kita menemukan sebuah buku pegangan
murid-murid ketika berada di sekolah rakjat berjudulkan Bumi dan Kita. Sebagian dari kita mungkin langsung menduga; buku
berisi teori mengenai keberadaan bumi—asal usul dan sejarahnya. Akan tetapi,
ternyata tidak. Dalam buku untuk kelas IV Sekolah Rakjat itu bagian djilid
kedua meski menyinggung perihal “Bumi”, namun tak lengkap. Kita kemudian
penasaran akan apa saja yang menjadi bagian dari buku dengan keterangan: “Seri
Kitab Peladjaran Ilmu Bumi Djiwa Baru” itu.
Pembaca mendapatkan keterangan pada
bagian kata pengantar. Kalimat tertulis berupa: “Serie kitab peladjaran Ilmu
Bumi untuk Sekolah Rakjat “BUMI dan KITA” ini terdiri atas empat buah kitab,
jaitu: djilid I untuk kelas III (Pengantar Ilmu Bumi), djilid II untuk kelas IV
(Pulau Djawa), djilid III untuk kelas V (Indonesia) dan djilid IV untuk kelas
VI (Seluruh Dunia).” Kita kemudian paham, urusan pengenalan Bumi, di sekolah
diatur secara bertahap.
Tak mengherankan buku itu
menggunakan sampul dengan gambar bumi beserta dua murid dengan terlihat penasaran
melihat peta Indonesia. Buku tersusun oleh: Adiwidarta, Roedito, dkk,
diterbitkan Penerbit Nasional bekerjasama dengan Pustaka Star, Bandung pada
tahun 1960. Di dalamnya terdiri dari 18 pelajaran. Halaman demi halaman
membentangkan Jawa dengan pembagiannya secara berurutan; Djawa Barat, Djawa
Tengah, dan Djawa Timur.
Poin-poin tersampaikan mulai dari
letak geografis, kependudukan, pendidikan, pemerintah, hingga sistem lalu
lintas. Buku dibuka dengan bahasan mengenai Indonesia, seakan menegaskan bahwa
segala jenis suku, pulau, bahasa, hingga ras berpangkal pada satu kata itu.
Wajar saja misalkan dalam sebuah penjelasan dituliskan: “Penduduk tiap pulau
atau daerah tidak sama. Adat-istiadat, bahasa maupun kebudajaan mereka berbeda.
Tetapi mereka itu merupakan satu bangsa: Bangsa Indonesia.”
Buku itu mungkin menjadi buku
pelajaran sebagai pamrih pada murid-murid untuk mulai mengenal dan mengetahui
hal-hal yang ada di sekitarnya. Mereka diajak berkeliling mengetahui
karakteristik berbagai nama kota maupun kabupaten yang ada di pulau Jawa. Juga,
jenis-jenis tumbuhan yang menjadi penyokong di tiap daerah-daerah. Mereka tak
sebatas membaca tulisan, namun juga berhadapan gambar demi gambar tersaji untuk
proses pemahaman.
Masalah yang dihadapi tiap daerah
tersampaikan pula. Penjelasan tersampaikan: “Dalam penghidupan sehari-hari
rakjat masih mengalami banjak kesukaran. Kemakmuran jang semata belum
tertjapai. Untuk mempertinggi kemakmuran itu, Pemerintah mengusahakan berbagai
pembangunan. Bukan pembangunan disuatu daerah, melainkan diseluruh wilajah
Republik. Djuga pembangunan setjara tidak teratur, melainkan menurut rentjana
jang seksama.”
Penjelasan menyiratkan pemerintah
hadir dalam halaman demi halaman buku anak-anak Sekolah Rakjat. Anak-anak
selain diajak berimajinasi akan geografis, suku, budaya, hingga bahasa, rupanya
diajak masuk perihal tata kelola pemerintah, utamanya adalah pembangunan. Buku
tentu sudah pasti punya visi kepentingan politik, meski tak disampaikan secara
terang-terangan. Namun, melalui pendekatan pada materi-materi keilmuan
tersampaikan.
Hal-ihwal terkait Bumi terus
penting diperhatikan seiring perubahan dan perkembangan zaman. Di Majalah Mingguan Pagi Edisi No. 36 tanggal 7
Desember 1958, kita menemukan sebuah artikel garapan Tries berjudulkan Betulkah Bumi Makin Membesar?. Artikel
terletak dalam rubrik ilmu pengetahuan. Penjelasan bernada ilmiah tersampaikan
seakan penuh harap menjadi bahan obrolan para pembaca sebagai gairah ilmu
pengetahuan.
Salah satu pernyataan kita kutip:
“Makin membesarnja bumi membawa akibat pula, jaitu terjadinja keretakan2 hebat
pada kulit bumi. Kita mengetahui apa artinja ini, karena keretakan2 jang
terjadi pada kulit bumi berarti bentjana alam hebat bagi manusia.” Penjelasan
memiliki maksud bahwa keberadaan bumi senantiasa menjadi pertanyaan bagi para
penghuninya. Bumi, dengan demikian perlu diperhatikan sedalam mungkin.
Kita yakin perhatian itu berupa
langkah kemauan dalam menempuh wacana-wacana yang berkambang dalam ilmu
pengetahuan. Rupa-rupanya Bumi bukan sebatas mengenal dan mengetahui dunia,
benua, negara, hingga provinsi sebagaimana menjadi bahan bacaan anak-anak
Sekolah Rakjat kelas IV itu. Bumi juga menyiratkan masalah bagi kehidupan umat
manusia yang meski membawa pada pikiran dan tindakan dalam menjalankan hidup.[]
*Joko Priyono. Fisikawan
Partikelir. Penulis Buku Sains, Kemajuan,
dan Kemanusiaan.