Indonesia punya sejarah panjang dalam memberikan perhatian terhadap visi pengembangan energi nuklir. Sejak zaman Soekarno saat menjadi presiden Republik Indonesia hingga saat ini, energi nuklir masih jadi idaman bangsa Indonesia. Keberadaan lembaga riset menjadi satu hal tak dapat terlupakan sebagai sarana dalam melakukan kerja baik itu penelitian, pengembangan, dan perangkat kajian lain dalam memetakan sumber daya tersedia bagi kemaslahatan banyak orang.
Sosok
Asrul Sani harus disebut memberikan peran dalam kesejarahan itu. Kendati
terkenang dalam ranah kesusastraan dan perfilman, ternyata ia pernah mengantarkan
ke public sebuah buku garapan Dr. H. Groot berjudul Atoomsplitsing ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Pemetjahan Atom. Terjemahan itu
diterbitkan pertama kali oleh Buku Burung, bagian dari N.V. Penerbitan W. Van Hoeve Bandung di tahun 1953.
Buku
tersebut tipis dengan jumlah 90 halaman. Para pembaca diajak memahami hal-ihwal
perihal atom. Mulai dari kesejarahan, struktur dan unsur atom, pemecahan inti,
hingga gagasan atom digunakan dalam
keperluan pembuatan bom. Penjelasan demi penjelasan dengan terstruktur,
sistematis, dan penggunaan bahasa populer untuk mendekatkan telinga pembaca
tentu saja penting.
Apalagi
harus dipahami bahwa keberadaan energi nuklir telah menjadi dua wajah
berseberangan. Alih-alih terimajinasikan dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam
keberlangsungan hidup manusia, ada tantangan saat nuklir digunakan untuk
kepentingan yang melahirkan bahaya bagi kehidupan, baik itu keperluan pembuatan
senjata maupun pembuatan bom dengan dibalut kepentingan ideologi dan politik
dari sebuah negara.
Tak
mengherankan ketika dalambagian pengantar, penulis buku itu membuka dengan
situasi mencekam lewat penceritaannya mengenai bom atom. Pembuka itu sedikit kita
kutip: “Bom atom telah ditemui. Dunia sangat sekali terperandjat oleh daja
menghantjurkan sendjata jang dahsjat ini. Perkataan “atom” dan “tenaga atom”
mendjadi buah mulut setiap orang. Tapi banjak jang tak sanggup—atau hanja
sanggup sedikit sekali—menghubungkan suatu pengertian kepada pengertian2
ini. Orang hanja tahu, bahwa ilmu fisik bahu-membahu dengan teknik telah
menemui sesuatu jang mempunjai akibat jang sangat besar.”
Di
kesempatan lain, kita bertemu sebuah majalah terbitan Jajasan Pendidikan Masjarakat
edisi Agustus-September 1951. Majalah tersebut Pengantar Pengetahan, dengan kepunyaan slogan: Madjalah Bulanan
pembangkit minat kepada Ilmu dan Teknik. B. Susilo menulis secara bersambung
dalam seri Tuan dan Atom. Di edisi tersebut, ia menulis Dari Democritus Sampai ke Hiroshima. Ia mengajak akan tilikan
sejarah gagasan mengenai atom yang berasal dari Democritus.
Gagasan
Democritus sebagaimana diketahui banyak orang berupa bahwa tiap benda tersusun
atas bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi lagi, kemudian disebut dengan
atom. Susilo ingin lebih memaparkan perkembangan mengenai atom. Kita mendapat
penjelasan: “Hal-hal mengenai tenaga jang tersimpan didalam atom, jang
diketemukan orang dalam tahun2 jang achir ini, mungkin akan
mengakibatkan perubahan2 dahsjat dalam penghidupan manusia.”
Konsep
perkembangan atom kemdian masuk dalam banyak bidang dalam kehidupan, baik itu
teknik, kedokteran, hingga pertanian dengan penyelidikan dalam menacri
kebermanfaatan bagi kehidupan. Para pakar mencoba ingin terus mengajak kepada
publik dalam ketertarikan dan perhatian terhadap perkara atom. Kerja-kerja
penerjemahan dan penerbitan buku hingga penyajian tulisan demi tulisan melalui
majalah sebagai sarana penting di dalamnya.
Kendati
demikian, perlu dipahami, bahwa semenjak atom dilibatkan dalam kepentingan
pembuatan bom dan senjata, makna menjadi bias. Ada semacam ketakutan ketika
kemudian orang-orang mengingat peristiwa demi peristiwa yang menggambarkan atom
menjadi sarana pemusnah massal. Walhasil atom, meski menggambarkan sebuah
bagian kecil dari sebuah benda, hingga saat ini menjadi suatu hal yang besar
dan penuh perdebatan. Tak terkecuali juga di Indonesia.
Untuk
menuju pada tujuan yang semestinya, ada hal yang mesti terus dipikirkan oleh
setiap manusia atas derap laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak
lain adalah mengerti akan hakikat dan tanggung jawab atas relasi termunculkan. Kita
kembali pada buku terjemahan Asrul Sani. Buku tak melulu berbicara mengenai
urusan teknis, penjelasan, dan perhitungan. Namun, juga menyangkut perkara etika
dalam ilm pengetahuan.
Di sana, Groot menaruh beberapa kalimat dengan penuh harapan bagaimana manusia dalam membangun relasi terhadap alam lewat ilmu pengetahuan. Ia menulis: “Tudjuan manusia bukanlah menguasai alam dengan pertolongan teknik jang tak berdjiwa untuk kepentingan teknik jang unggul. Tidak! Tudjuannya, ialah memenangkan jang baik dan meninggikan djiwa dan bathin manusia dengan pertolongan Pengetahuan jang merendah diri.”[]
*Joko Priyono, Fisikawan Partikelir. Penulis Buku Sains, Kemajuan, dan Kemanusiaan.