Nabi
Muhammad SAW merupakan manusia yang diutus oleh Allah Swt menjadi rasul
terakhir di muka bumi ini. Perjalanannya panjang, beberapa riwayat telah
memberikan penjelasan bagi kita semua bahwa beliau adalah salah satu rasul yang
juga mendapatkan sebuah anugerah yang begitu luar biasa. Anugerah itu biasa
kita menyebutnya dengan wahyu. Dalam perjalanan hidup yang penuh lika-liku,
memang pada akhirnya Nabi Muhammad mendapatkan wahyu untuk pertama kali yaitu
berupa iqra’ melalui perantara
malaikat Jibril ketika berada di Gua Hira. Ayat tersebut sebagaimana termaktub
dalam kitab suci yang diyakini oleh orang-orang pemeluk agama Islam. Lebih
tepatnya adalah berada pada ayat kesatu surat Al-Alaq.
Iqra’ jikalau diartikan ke dalam bahasa
Indonesia akan memiliki arti kurang lebihnya adalah ‘bacalah’. Ia merupakan
kalimat perintah yang dalam tata bahasa Arab biasa disebut dengan fi’il amr . Kalau kita mau memahami
perintah tersebut, tentu kita akan mendapatkan atau setidaknya akan mencoba
untuk mendapatkan makna dari idiom “bacalah” tersebut. Tentu dalam hal ini,
membaca yang dimaksudkan adalah membaca dalam arti lingkup luas. Membaca dengan
tidak terpaku pada apa yang dibaca. Namun, membaca yang diharapkan adalah
melihat dengan indera kepala yang kita miliki dengan melibatkan perasaan pada
tataran kesadaran dari diri terhadap realitas serta memahami makna dari
pesan-pesan yang ada baik tersurat maupun tersirat.
Membaca,
dengannya kita bisa tahu tentang cakrawala ilmu yang terdapat di dunia ini.
Dengan membaca, manusia bisa tahu dan dapat memaknai pesan tersurat maupun
tersirat dari apa yang ia lakukan. Itu dapat tercermin dari hubungan dengan
Tuhan, hubungan dengan manusia hingga hubungan dengan alam. Melewati berbagai
tafsiran dari apa yang telah dibaca. Namun, dengan berbagai ragam tafsiran yang
ada akan memunculkan sikap arif dari masing-masing manusia. Sikap tersebut akan
termanifestasikan, yang salah satunya adalah dengan cara diskusi atau melakukan
”rembuk”. Kebenaran maupun kevalidan
dari hasil membaca tidaklah cukup ketika tidak mau malakukan diskusi dengan
tujuan membandingkan kepada yang lain maupun mencari sebuah klarifikasi yang
pada akhirnya bermuara pada sebuah keyakinan akan suatu hal yang benar.
Tak ada hal
yang sia-sia ketika kita mau membaca. Tak ada hal yang akan merugikan kita
ketika kita mau membaca. Tak ada yang mebodohkan diri kita maupun mendekatkan kita
pada sebuah kedunguan ketika kita mau membaca. Kita tentu tidak akan menjadi
orang yang bebal kalau kita mau membaca. Membaca, barangkali kata kerja yang
sangat begitu sederhana. Namun, untuk sebagian besar orang merasakan hal
tersebut adalah perkara yang sulit. Di pelajaran sekolah dari setiap kurikulum
mungkin akan selalu ada pelajaran membaca, namun apakah membaca kita selama ini
hanya terpaku pada kurikulum? Dan sedangkan di luar itu, tidak banyak yang
melakukannya. Bukankah ia adalah kata kerja yang mampu berdiri sendiri, namun
berdirinya ia mampu menopang segala peradaban di dunia baik sosial, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum maupun kesehatan. Berdirinya ia
pun sebagai salah satu cara dalam menggali segala pengetahuan dan wawasan di
dunia ini. Bahkan bisa lebih dari itu.
Berbagai
karya-karya luar biasa dari para pegiat literasi sudah kita bisa saksikan
bersama-sama hingga saat ini. Apakah kita hanya ingin menjadi pengamat dari
karya apa yang telah digoreskan oleh para pendahulu. Bukankah kita adalah
menjadi bagian generasi yang harusnya sudah sadar akan tanggung jawab itu. Kita
adalah bagian dari generasi yang akan menjadi bagian estafet sebagaimana
orang-orang yang telah menggoreskan karya baik di segala bidang dan
kemampuannya. Melalui peristiwa turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad Saw adalah
menjadi salah satu contoh bagaimana tentang estafet ihwal literasi.
Generasi-generasi di bawahnya yang diharapkan menjadi para penerus dan pengikut
setianya. Melakukan dan mengusahakan dengan semaksimal mungkin adalah sebuah
keniscayaan yang mesti dilakukan. Serta menyadari bahwa dirinya adalah bagian
dari tonggak sejarah peradaban dunia. “Bacalah!”, sebagaimana Muhammad pernah
mendapatkan perintah itu. (Joko)
Tags
Kontemplasi